Masih Ada yang Butuh Kita..


Untuk melihat realitas sosial yang terjadi di masyarakatku, aku sengaja menepi untuk melihat lebih jelas suatu gambaran keadaan bangsaku. Ya, saya berkesempatan untuk live-in di suatu daerah perkampungan kumuh di daerah Tanggul Penas, Cipinang Melayu, Jakarta Timur.

Daerah ini merupakan salah satu pemukiman kumuh di sudut Jakarta. Saya melihat suatu keadaan yang ada sungguh mengkhawatirkan.

Saya tinggal di sebuah balai kampung yang biasa digunakan untuk tempat belajar anak–anak di kampung ini. Awalnya saya bingung harus melakukan apa tetapi yang saya pikir, saya harus bisa memperoleh sesuatu dari pengalaman live in ini.

Saya mulai mengakarbkan diri dengan masyarakat sekitar dan ternyata sungguh mengguhgah hati bercengkerama dengan mereka.

Satu waktu, saya diminta tolong untuk memberikan pelajaran tambahan setiap sore bagi anak-anak disitu yang sekolahnya pun rasanya kurang jelas. Yah, saya sih mau saja sekalian nambah pengalaman dan bisa bantu orang. Saya mengajar bersama dengan dua orang mahasiswi dari UKI yang kebetulan juga pemerhati nasib anak-anak pinggiran.

Setelah bekerja sama saya mulai memperkenalkan diri pada teman-teman baru anak-anak yang kira kira ada 25 orang terdiri dari anak-anak SD kelas 1 hingga kelas 6. Perkenalan selesai dan suasana mencair karena sepertinya mereka senang dengan kedatanganku.Pelajaran dimulai dan mahasiswi uki ini berkata bahwa kita akan belajar BAHASA INGGRIS hari ini.

Woow... pelajaran yg rasanya belum bisa saya kuasai.Untungnya saya kebagian ngajar anak2 kelas 1 sd. Wah gampang. Setelah perkenalan eh malah ada anak yang berkelahi.
Hebatnya anak kelas 1 SD berkelahi dengan cara yang amat dewasa dan tidak ada yang menangis. Langsung saja saya melerai dan pelajaran dimulai.

Eh, saya mulai dengan pelajaran angka is number. Ok can you spell it? saya berlagak bahasa inggris. Saya suruh mereka menyebutkan angka 1 sampai 10 dengan bahasa inggris. one, two three, four.. dst. wow, saya bangga sekali dengan kelas saya dan saya kira mereka sudah bisa. Tapi saat saya suruh mereka menulis 1 = WAN. 2 = tu 3 = tri, dst wah kocak banget deh. mereka masih polos banget.

Dari sini saya bisa melihat ternyata masih banyak anak Indonesia yang tak mampu memperoleh pendidikan untuk bersaing di dunia yang terus berkembang ini. Ada keprihatinan di benakku dan saya rasa ini jadi tanggung jawab kita bersama sebagai sesama anak bangsa.

0 komentar:

Posting Komentar