Budayaku, Riwayatmu kini?


Ada anak muda yang suka kesenian daerah, keroncong, gambus, dsb? Ya mungkin ada, namun sedikit sekali. Memang anak-anak muda zaman ini lebih menyukai musik dan kesenian "impor" berkat pengaruh era globalisasi yang begitu besar ini. Hal ini tak dapat disalahkan namun seharunya kita dapat sejenak merenung dalam hati mengenai hal ini.

Aliran musik R'nB, Hip-hop, Rap, Pop Rock sedang digandrungi oleh anak-anak negeri kita, mungkin termasuk saya. Sekarang pertanyanya, apakah musik dan budaya tradisional kita lebih jelek dan tidak menarik dibanding musik-musik barat? Saya berani mengatakan tidak. Dalam hal ini saya mengiyakan ungkapan tak kenal maka tak sayang.

Satu hal positif adalah munculnya ekskul-eskul yang mampu melestarikan kesenian kita seperti Tari Saman, Tari Daerah lain dan sebagainya. Hal ini bisa menjadi ajang positif guna menumbuhkan kesadaran bahwa budaya Indonesia perlu dilestarikan, mulai di tingkat sekolah. Jadi, sudahkah aku dan kita berperan serta dalm melestarikan budaya kita?

Realita Bangsaku...




Kau begitu Berarti


Ketika ku renungkan

Apa yang ada dihati

Aku pun menemukan

Kau selalu di hati


Ingin ku berikan diriku

Ingin ku berikan segalanya

Kepada tanah airku

Tanah air Indonesia


Tanpamu.....

Aku takkan tahu

Masa depanku

Masa depan kita bersama......


Hingga nanti

Hingga helu nafas terakhir

Aku kan menyadari

Kau begitu berarti

Kita bisa Berjuang...



Andai aku Jadi Bambang Pamungkas (gadungan).....

Apa yang terjadi dengan persepakbolaan di negeri ini. Kenapa yah prestasi tim nasional kita kurang "menggigit"? Padahal hampir setiap orang Indonesia (khusunya cowok) suka main bola. Fakta membuktikan bahwa kita masih kesulitan menemukan 11 orang yang kira-kira bisa jadi wakil Indonesia di dunia sepakbola. Masa dari 200 juta penduduk tidak ada 11 orang yang bisa main bola.

Kalau aku sanggup, aku tak ragu untuk memberikan segalanya yang terbaik bagi Indonesia.
Kalau Indonesia mau jadi tuan rumah Piala Dunia, jangan ragu karena siap tahu fenomenea Korea Selatan yang mampu menembus Semifinal Piala Dunia 2002.

Jadi, ayo semangat beri yang terbaik bagi Indonesia...!!!

Masih Ada yang Butuh Kita..


Untuk melihat realitas sosial yang terjadi di masyarakatku, aku sengaja menepi untuk melihat lebih jelas suatu gambaran keadaan bangsaku. Ya, saya berkesempatan untuk live-in di suatu daerah perkampungan kumuh di daerah Tanggul Penas, Cipinang Melayu, Jakarta Timur.

Daerah ini merupakan salah satu pemukiman kumuh di sudut Jakarta. Saya melihat suatu keadaan yang ada sungguh mengkhawatirkan.

Saya tinggal di sebuah balai kampung yang biasa digunakan untuk tempat belajar anak–anak di kampung ini. Awalnya saya bingung harus melakukan apa tetapi yang saya pikir, saya harus bisa memperoleh sesuatu dari pengalaman live in ini.

Saya mulai mengakarbkan diri dengan masyarakat sekitar dan ternyata sungguh mengguhgah hati bercengkerama dengan mereka.

Satu waktu, saya diminta tolong untuk memberikan pelajaran tambahan setiap sore bagi anak-anak disitu yang sekolahnya pun rasanya kurang jelas. Yah, saya sih mau saja sekalian nambah pengalaman dan bisa bantu orang. Saya mengajar bersama dengan dua orang mahasiswi dari UKI yang kebetulan juga pemerhati nasib anak-anak pinggiran.

Setelah bekerja sama saya mulai memperkenalkan diri pada teman-teman baru anak-anak yang kira kira ada 25 orang terdiri dari anak-anak SD kelas 1 hingga kelas 6. Perkenalan selesai dan suasana mencair karena sepertinya mereka senang dengan kedatanganku.Pelajaran dimulai dan mahasiswi uki ini berkata bahwa kita akan belajar BAHASA INGGRIS hari ini.

Woow... pelajaran yg rasanya belum bisa saya kuasai.Untungnya saya kebagian ngajar anak2 kelas 1 sd. Wah gampang. Setelah perkenalan eh malah ada anak yang berkelahi.
Hebatnya anak kelas 1 SD berkelahi dengan cara yang amat dewasa dan tidak ada yang menangis. Langsung saja saya melerai dan pelajaran dimulai.

Eh, saya mulai dengan pelajaran angka is number. Ok can you spell it? saya berlagak bahasa inggris. Saya suruh mereka menyebutkan angka 1 sampai 10 dengan bahasa inggris. one, two three, four.. dst. wow, saya bangga sekali dengan kelas saya dan saya kira mereka sudah bisa. Tapi saat saya suruh mereka menulis 1 = WAN. 2 = tu 3 = tri, dst wah kocak banget deh. mereka masih polos banget.

Dari sini saya bisa melihat ternyata masih banyak anak Indonesia yang tak mampu memperoleh pendidikan untuk bersaing di dunia yang terus berkembang ini. Ada keprihatinan di benakku dan saya rasa ini jadi tanggung jawab kita bersama sebagai sesama anak bangsa.

Kobarkan Semangat Kebangkitan!


Ini dia momen yang membuatku sejenak berpikr, begitu kaya bangsaku. Sebagai pelajar saya dapat kesempatan emas merasakan hegemoni perayaan bangsa. Waktu itu saya ikut serta dalam perayaan besar 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Kami segenap pelajar dan mahasiswa di Jakarta berkumpul untuk bersama merayakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia ini. Acara yang berlangsung spektakuler dan begitu mengesankan bagi saya dan mungkin semua orang Indonesia. Bayangkan, hampir semua budaya khas Indonesia ditampilkan dengan begitu apik dan menarik. Belum lagi mereka melibatkan banyak sekali orang dalam pagelaran yang begitu menakjubkan baru saya saksikan langsung.

Segenap lagu kebangsaan dikumandangkan bersama, mulai dari Indonesia Raya, Tanah Air, Indonesia Pusaka dan banyak lagi menambah suasana semakin menyatukan. Ya, baru kali ini saya merasakan perasaan kebangsaan yang begitu besar keluar dari dalam hati nurani. Budaya yang ditampilkan ini begitu mencengangkan.

Saya sejenak berpikir, siapapun yang melihat pastinya terpukau dengan kekayaan Indonesia ini. Rasanya tidak ada bangsa atau negara lain yang mampu menyelenggarakan pertunjukan budaya semeriah dan seindah ini. Sungguh pengalaman yang menakjubkan, dan jujur saya bisa pulang dengan hati yang jauh lebih bersemangat untuk melakukan sesuatu bagi bangsaku yang tercinta ini.

Ini Aku, Orang Indonesia


Ketika aku merenungkan dan melihat perjalanan hidupku selama ini, seringkali aku “mesem-mesem” sendiri. Sebagai manusia tentunya kita tak bisa menentukan dimana kita lahir dan bagaimana keadaan kita ketika lahir ke dunia. Demikian juga apa yang kualami, hanya bisa menerima anugrah-Nya. Aku terlahir “murni” sebagai orang Indonesia, tanah air amat indah. Ayah ibuku berasal dari Flores Timur, Nusa Tengara Timur, sebuah pulau di timur Indonesia dan tentunya segala unsur kebudayaan khas Indonesia jadi latar belakang keluargaku.

Setelah proses panjang aku jalani sebagai sungguh orang Indonesia, saya sudah dibiasakan dengan adat istiadat timur. Orang tua saya menamkan pada diri saya agar suatu saat nanti, saya mampu memberikan sesuatu bagi bangsa ini. Satu hal yang pasti adalah saya tak pernah menyesal jadi orang Indonesia. Ketika saya memperoleh pendidikan mengenai sejarah, kebudayaan dan kekayaan alam Indonesia, seakan memberi kesadaran pada saya bahwa ini sungguh negeri yang terbaik bagi saya (mudah-mudahan hal ini juga dialami oleh semua orang Indonesia)

Seiring berjalannya waktu saya cukup mengikuti perkembangan bangsaku ini, Mungkin banyak juga hambatan dan kendala yang dihadapi, tapi satu hal yang penting hal yang paling membuat saya bangga terhadap Indonesia adalah perjuangan yang dirintis para pemimpin bangsa. Mereka menyatukan segala suku menjadi satu kesatuan, bangsa Indonesia. Mungkin sulit menjadi seperti mereka namun setidaknya saya akan berusaha jadi orang yang baik. Jika saya punya kesempatan memberikan sesuatu bagi bangsaku ini, tentunya akan kuperjuangkan. Salam cinta tanah Air.